MAKALAH KETERAMPILAN BERBAHASA
“Pembelajaran
Menulis di SD”
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dalam
pembelajaran bahasa indonesia di SD yang harus dilatihkan oleh guru kepada
siswanya. Untuk itu, guru berperan penting untuk memberikan motivasiagar siswa
tidak cepat merasa bosan dalam pembelajaran menulis. Menulis merupakan kegiatan
yang sifatnya berkelanjutan, sehingga pembelajarannya pun diperlukan secara
berkesinambungan sejak di Sekolah Dasar. Hal ini didasarkan pada pemikiran
bahwa kemampuan menulis di Sekolah Dasar merupakan bekal belajar menulis di
jenjang berikutnya. Oleh sebab itu, kemampuan menulis perlu mendapatkan
perhatian yang optimal sehingga dapat memenuhi target kemampuan menulis yang diharapkan.
Agar kemampuan menulis dapat tercapai secara optimal, maka upaya
yang dapat dilakukan adalah melaksanakan pembelajaran yang menarik, bermakna,
dan sesuai dengan dunia peserta didik sehingga kemampuan menulis dapat
berkembang secara optimal. Keluhan tentang rendahnya kemampuan baca tulis
lulusan Sekolah Dasar terus diupayakan pemecahannya. Oleh sebab itu, upaya demi
upaya dilakukan atau dirancang dan dilaksanakan untuk mencari jalan keluarnya.
1.2 Rumusan
Masalah
Dari penjelasan latar belakang di atas, dapat disimpulkan bahwa
rumusan masalah dari pembuatan makalah ini adalah mengenai pembelajaran menulis
di SD dan bagaimana mengembangkan kemampuan menulis tersebut.
1.3 Tujuan
Penulisan
Tujuan
penulisan dari makalah ini untuk
mengetahui tentang pembelajaran menulis di SD dan cara untuk
mengembangkan kemampuan menulis tersebut.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pembelajaran Menulis di SD
Menurut Musaba, menulis berarti melahirkan atau mengungkapkan
pikiran atau perasaan melalui suatu lambang (tulisan) (Kasupardi, 2010: 4).
Secara umum, pengertian menulis ialah menuangkan gagasan, ide dan pendapat
dalam sebuah tulisan. Cere (1995 : 4) menyatakan bahwa menulis merupakan salah
satu bentuk komunikasi. Selanjutnya, dikatakan bahwa di dalam komunikasi
terdapat empat unsur, yaitu (1) menulis merupakan bentuk ekspresi diri; (2)
menulis merupakan sesuatu yang umum disampaikan ke pembaca; (3) menulis
merupakan aturan dan tingkah laku; (4) menulis merupakan sebuah cara belajar.
Sebagai bentuk dari ekspresi diri, menulis bertujuan untuk mengkomunikasikan,
menyampaikan sebuah ide melewati batas waktu dan ruang. Artinya menulis dapat
dilakukan kapan saja, dan dimana saja sesuai dengan keadaan yang terdapat dalam
diri penulis.
Menulis merupakan kegiatan yang sifatnya berkelanjutan sehingga
pembelajarannya pun perlu dilakukan secara berkesinambungan sejak sekolah
dasar. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa menulis merupakan kemampuan
dasar sebagai bekal belajar menulis di jenjang berikutnya. Pengajaran menulis
di sekolah dasar diharapkan dapat membekali peserta didik dengan kemampuan
menulis yang baik. Pelaksanaan pengajaran menulis di sekolah dasar terutama di
kelas satu dan dua tidak dapat dipisahkan dari membaca permulaan, walaupun
membaca dan menulis merupakan dua kemampuan yang berbeda. Menulis bersifat
produktif sedangkan membaca bersifat reseptif.
Kemampuan menulis tidak dapat diperoleh secara alamiah, tetapi
melalui proses belajar mengajar. Untuk dapat menuliskan huruf sebagai lambang
bunyi, peserta didik harus berlatih mulai dari cara memegang alat tulis.
Peserta didik juga berlatih menggerakkan tangan dengan memperhatikan apa yang
harus ditulis atau digambarkan. Peserta didik harus dilatih mengamati lambang
bunyi tersebut, memahami setiap huruf sebagai lambang bunyi tertentu sampai
dapat menuliskannya secara benar. Agar bermakna, proses belajar mengajar
menulis permulaan ini dilaksanakan setelah peserta didik mampu mengenal
huruf-huruf yang diajarkan.
2.2
Penerapan Pembelajaran Menulis di SD
Pembelajaran menulis
adalah hal kedua yang harus dikuasai oleh anak-anak setelah membaca, seorang
anak jika kurang memahami simbol-simbol bahasa maka kurang baik jika diberi
pelajaran yang lain.
Kemampuan menulis
khususnya di SD perlu diperhatikan, karena tidak sedikit siswa SD kurang
mengenal atau memahami simbol-simbol bahasa tulisan. oleh karena itu perlu
dilakukan pengamatan tentang kemampuan menulis ini, agar dapat menjadi gambaran
sejauh mana keberhasilan bangsa dalam upaya mencerdaskan bangsa.
Menulis merupakan salah
satu keterampilan berbahasa dalam pembelajaran bahasa indonesia di SD yang
harus dilatihkan oleh guru kepada siswa. untuk itu guru harus dapat memberikan
motivasi agar siswa tidak merasa bosan dalam pembelajaran menulis karangan.
Akan tetapi masih terdapat beberapa guru dalam memberikan pembelajaran menulis
lebih banyak teori daripada melatih keterampilannya.
Agar tujuan menulis
dapat tercapai maka diperlukan latihan yang memadai dan secara terus menerus.
Selain itu anak pun harus dibekali dengan pengetahuan dan pengalaman yang akan
ditulisnya karena pada hakikatnya menulis adalah menuangkan sesuatu yang telah
ada dipikiranya. Namun demikian, hal tidak dapat diabaikan dalam pengajaran
mengarang di SD adalah siswa harus mempunyai modal pengetahuan yang cukup
tentang ejaan kosa kata dan pengetahuan tentang mengarang itu sendiri.
Pembelajaran menulis di
SD harus dimulai dari tahap yang paling sederhana lalu pada hal yang sederhana
ke yang biasa hingga yang paling sukar. Di sekolah dasar pembelajaran dibagi
menjadi dua tahap yaitu menulis permulaan dan lanjut. Menulis merupakan
permulaan yang ditujukan kepada siswa kelas rendahnya kini kelas satu hingga kelas
tiga, sedangkan kelas empat hingga kelas enam diberi pembelajaran menulis
lanjutan.
a) Pembelajaran
menulis permulaan
Berbicara tentang pembelajaran
menulis permulaan di SD, tidak lepas dari perkembangan tulisan anak-anak
sebelum mereka memasuki jenjang dikelas satu SD, anak yang belajar
mencoret-coret diatas kertas dalam usia tiga setengah tahun bisa dikatakan
mulai belajar menulis. Adapun urutan pelajaran menulis awal pada kelas rendah
(SD) dilakukan sebagai berikut :
1. Pengenalan
huruf dengan lagu ABC
Biasanya para pengajar mempermudah pelajaran membaca
dan menulis, dengan lagu ABC yang lazim dikenal dengan pembelajaran membaca dan
menulis.
2. Memegang
pensil
Hal ini harus diperhatikan karena tidak semua siswa
khususnya dikelas rendah mengetahui atau terbiasa memegang pensil.
3. Menggoreskan
pensil (miring, tegak lurus, lingkar)
Hal ini merupakan latihan awal yang mesti dikuasai
oleh siswa. Dikelas rendah menggoreskan pensil ini mesti dilakukan semua siswa.
4. Urutan
pengenalan huruf
Huruf-huruf yang diperkenalkan kepada pembelajar
tidaklah sekaligus 26 huruf dalam satu pertemuan.
5. Kreasi
kata atau kalimat awal
Siswa
terlebih dahulu dikenalkan dengan huruf yang akan dibacanya. Hal ini dilakukan
karena tidak semua pembelajar dikelas rendah mengenal huruf.
b) Pembelajaran
menulis lanjutan
Tujuan menulis lanjutan
adalah agar siswa mampu menuangkan pikiran dan perasaannya dengan bahasa tulis
secara teratur dan teliti. Yang membedakan menulis pemulaan dan menulis
lanhutan adalah adanya kemampuan untuk mengembangkan skema yang telah diperoleh
sebelumnya untuk lebih mengembangkan hal-hal yang akan ditulis.
2.3 Cara Mengembangkan
Adapun prinsip-prinsip
perkembangan menulis anak meliputi : prisip keterulangan, prinsip generative,
konsep tanda, fleksibilitas, dan arah tanda. Disaat yang sama juga anak
mengalami perkembangan dalam tulisanya yang menurut Temple, dkk (1988:99)
terdiri dari prafomik, fonemik tahap awal, nama huruf, transisi dan menguasai.
Dalam tahap prafonemik anak sudah mengenali bentuk dan ukuran huruf tetapi anak
tersebut belum dapat menggunakan huruf untuk menulis kata.
Pada tahap fonemik awal
anak sudah mengenali prinsip-prinsip fonetik, tahu cara kerja tulisan, tetapi
keterampilan mengoperasikan prinsip fenotik masih sangat terbatas. Dalam tahap
nama huruf (menguasai huruf) anak menerapkan prinsip fonetik. Anak tersebut
telah menggunakan huruf-huruf untuk mewakili bunyi-bunyi yang membentuk suatu
kata.
Dalam tahap transisi,
penguasaan anak terhadap sistem tatatulis semakin lengkap. Meskipun belum
konsisten, dia sudah dapat menggunakan ejaan tata dan tanda baca dalam menulis,
khususnya pemberian spasi dan antarkata. Bimbingan untuk anak yang berada pada
tahap transisi difokuskan pada penyusunan pola dan sisitem tatatulis.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpuan
Kemampuan menulis tidak dapat
diperoleh secara alamiah, tetapi melalui proses belajar mengajar.
Karena menulis merupakan kegiatan yang sifatnya berkelanjutan, maka dalam
pembelajaran perlu dilakukan secara berkesinambungan sejak Sekolah Dasar.
Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa menulis merupakan kemampuan dasar
sebagai bekal belajar menulis di jenjang berikutnya. Oleh karena itu,
pembelajaran menulis di Sekolah Dasar perlu mendapat perhatian yang
optimal. Sehingga para siswa diharapkan mampu mengenal huruf dan
menuliskannya, serta mampu menuangkan ide, pikiran, perasaan, dan
gagasan dalam berbagai bentuk tulisan.
3.2
Saran
Dalam
penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan, baik
dari segi tulisan, pembahasan dan lain sebagainya. Maka kritik dan saran dari
berbagai pihak yang sifatnya mendukung, penulis sangat mengharapkannya. Karena
hal ini akan bermanfaat bagi kesempurnaan penulisan tugas penulisan makalah
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah, Sabarti., dkk.
2008. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Akhadiah,
Sabarti. 2009. Menulis. Jakarta: Depdikbud.
Dalman. 2008. Keterampilan
Menulis. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Hadiyanto. 2001. Membudayakan
Kebiasaan Menulis. Jakarta: Fikahati Aneska.
Suparno. 2005. Konsep
Keterampilan Menulis. Yogyakarta: Kanisius.
arigan, Henry Guntur.
1982. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Untuk info menarik lainnya kunjungi website kami unimuda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar