Jumat, 24 September 2021

 

MAKALAH KETERAMPILAN BERBAHASA

“Pembelajaran Menulis di SD”

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1  Latar Belakang

Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dalam pembelajaran bahasa indonesia di SD yang harus dilatihkan oleh guru kepada siswanya. Untuk itu, guru berperan penting untuk memberikan motivasiagar siswa tidak cepat merasa bosan dalam pembelajaran menulis. Menulis merupakan kegiatan yang sifatnya berkelanjutan, sehingga pembelajarannya pun diperlukan secara berkesinambungan sejak di Sekolah Dasar. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa kemampuan menulis di Sekolah Dasar merupakan bekal belajar menulis di jenjang berikutnya. Oleh sebab itu, kemampuan menulis perlu mendapatkan perhatian yang optimal sehingga dapat memenuhi target kemampuan menulis yang diharapkan.

Agar kemampuan menulis dapat tercapai secara optimal, maka upaya yang dapat dilakukan adalah melaksanakan pembelajaran yang menarik, bermakna, dan sesuai dengan dunia peserta didik sehingga kemampuan menulis dapat berkembang secara optimal. Keluhan tentang rendahnya kemampuan baca tulis lulusan Sekolah Dasar terus diupayakan pemecahannya. Oleh sebab itu, upaya demi upaya dilakukan atau dirancang dan dilaksanakan untuk mencari jalan keluarnya.

 

1.2  Rumusan Masalah

Dari penjelasan latar belakang di atas, dapat disimpulkan bahwa rumusan masalah dari pembuatan makalah ini adalah mengenai pembelajaran menulis di SD dan bagaimana mengembangkan kemampuan menulis tersebut.

 

1.3  Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan dari makalah ini untuk  mengetahui tentang pembelajaran menulis di SD dan cara untuk mengembangkan kemampuan menulis tersebut.


 

BAB II

PEMBAHASAN

 

2.1    Pembelajaran Menulis di SD

Menurut Musaba, menulis berarti melahirkan atau mengungkapkan pikiran atau perasaan melalui suatu lambang (tulisan) (Kasupardi, 2010: 4). Secara umum, pengertian menulis ialah menuangkan gagasan, ide dan pendapat dalam sebuah tulisan. Cere (1995 : 4) menyatakan bahwa menulis merupakan salah satu bentuk komunikasi. Selanjutnya, dikatakan bahwa di dalam komunikasi terdapat empat unsur, yaitu (1) menulis merupakan bentuk ekspresi diri; (2) menulis merupakan sesuatu yang umum disampaikan ke pembaca; (3) menulis merupakan aturan dan tingkah laku; (4) menulis merupakan sebuah cara belajar. Sebagai bentuk dari ekspresi diri, menulis bertujuan untuk mengkomunikasikan, menyampaikan sebuah ide melewati batas waktu dan ruang. Artinya menulis dapat dilakukan kapan saja, dan dimana saja sesuai dengan keadaan yang terdapat dalam diri penulis.

Menulis merupakan kegiatan yang sifatnya berkelanjutan sehingga pembelajarannya pun perlu dilakukan secara berkesinambungan sejak sekolah dasar. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa menulis merupakan kemampuan dasar sebagai bekal belajar menulis di jenjang berikutnya. Pengajaran menulis di sekolah dasar diharapkan dapat membekali peserta didik dengan kemampuan menulis yang baik. Pelaksanaan pengajaran menulis di sekolah dasar terutama di kelas satu dan dua tidak dapat dipisahkan dari membaca permulaan, walaupun membaca dan menulis merupakan dua kemampuan yang berbeda. Menulis bersifat produktif sedangkan membaca bersifat reseptif.

Kemampuan menulis tidak dapat diperoleh secara alamiah, tetapi melalui proses belajar mengajar. Untuk dapat menuliskan huruf sebagai lambang bunyi, peserta didik harus berlatih mulai dari cara memegang alat tulis. Peserta didik juga berlatih menggerakkan tangan dengan memperhatikan apa yang harus ditulis atau digambarkan. Peserta didik harus dilatih mengamati lambang bunyi tersebut, memahami setiap huruf sebagai lambang bunyi tertentu sampai dapat menuliskannya secara benar. Agar bermakna, proses belajar mengajar menulis permulaan ini dilaksanakan setelah peserta didik mampu mengenal huruf-huruf yang diajarkan.

2.2    Penerapan Pembelajaran Menulis di SD

Pembelajaran menulis adalah hal kedua yang harus dikuasai oleh anak-anak setelah membaca, seorang anak jika kurang memahami simbol-simbol bahasa maka kurang baik jika diberi pelajaran yang lain.

Kemampuan menulis khususnya di SD perlu diperhatikan, karena tidak sedikit siswa SD kurang mengenal atau memahami simbol-simbol bahasa tulisan. oleh karena itu perlu dilakukan pengamatan tentang kemampuan menulis ini, agar dapat menjadi gambaran sejauh mana keberhasilan bangsa dalam upaya mencerdaskan bangsa.

Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dalam pembelajaran bahasa indonesia di SD yang harus dilatihkan oleh guru kepada siswa. untuk itu guru harus dapat memberikan motivasi agar siswa tidak merasa bosan dalam pembelajaran menulis karangan. Akan tetapi masih terdapat beberapa guru dalam memberikan pembelajaran menulis lebih banyak teori daripada melatih keterampilannya.

Agar tujuan menulis dapat tercapai maka diperlukan latihan yang memadai dan secara terus menerus. Selain itu anak pun harus dibekali dengan pengetahuan dan pengalaman yang akan ditulisnya karena pada hakikatnya menulis adalah menuangkan sesuatu yang telah ada dipikiranya. Namun demikian, hal tidak dapat diabaikan dalam pengajaran mengarang di SD adalah siswa harus mempunyai modal pengetahuan yang cukup tentang ejaan kosa kata dan pengetahuan tentang mengarang itu sendiri.

Pembelajaran menulis di SD harus dimulai dari tahap yang paling sederhana lalu pada hal yang sederhana ke yang biasa hingga yang paling sukar. Di sekolah dasar pembelajaran dibagi menjadi dua tahap yaitu menulis permulaan dan lanjut. Menulis merupakan permulaan yang ditujukan kepada siswa kelas rendahnya kini kelas satu hingga kelas tiga, sedangkan kelas empat hingga kelas enam diberi pembelajaran menulis lanjutan.

a)      Pembelajaran menulis permulaan

Berbicara tentang pembelajaran menulis permulaan di SD, tidak lepas dari perkembangan tulisan anak-anak sebelum mereka memasuki jenjang dikelas satu SD, anak yang belajar mencoret-coret diatas kertas dalam usia tiga setengah tahun bisa dikatakan mulai belajar menulis. Adapun urutan pelajaran menulis awal pada kelas rendah (SD) dilakukan sebagai berikut :

1.      Pengenalan huruf dengan lagu ABC

Biasanya para pengajar mempermudah pelajaran membaca dan menulis, dengan lagu ABC yang lazim dikenal dengan pembelajaran membaca dan  menulis.

2.      Memegang pensil

Hal ini harus diperhatikan karena tidak semua siswa khususnya dikelas rendah mengetahui atau terbiasa memegang pensil.

3.      Menggoreskan pensil (miring, tegak lurus, lingkar)

Hal ini merupakan latihan awal yang mesti dikuasai oleh siswa. Dikelas rendah menggoreskan pensil ini mesti dilakukan semua siswa.

4.      Urutan pengenalan huruf

Huruf-huruf yang diperkenalkan kepada pembelajar tidaklah sekaligus 26 huruf dalam satu pertemuan.

5.      Kreasi kata atau kalimat awal

Siswa terlebih dahulu dikenalkan dengan huruf yang akan dibacanya. Hal ini dilakukan karena tidak semua pembelajar dikelas rendah mengenal huruf.

b)      Pembelajaran menulis lanjutan

Tujuan menulis lanjutan adalah agar siswa mampu menuangkan pikiran dan perasaannya dengan bahasa tulis secara teratur dan teliti. Yang membedakan menulis pemulaan dan menulis lanhutan adalah adanya kemampuan untuk mengembangkan skema yang telah diperoleh sebelumnya untuk lebih mengembangkan hal-hal yang akan ditulis.

2.3  Cara Mengembangkan

Adapun prinsip-prinsip perkembangan menulis anak meliputi : prisip keterulangan, prinsip generative, konsep tanda, fleksibilitas, dan arah tanda. Disaat yang sama juga anak mengalami perkembangan dalam tulisanya yang menurut Temple, dkk (1988:99) terdiri dari prafomik, fonemik tahap awal, nama huruf, transisi dan menguasai. Dalam tahap prafonemik anak sudah mengenali bentuk dan ukuran huruf tetapi anak tersebut belum dapat menggunakan huruf untuk menulis kata.

Pada tahap fonemik awal anak sudah mengenali prinsip-prinsip fonetik, tahu cara kerja tulisan, tetapi keterampilan mengoperasikan prinsip fenotik masih sangat terbatas. Dalam tahap nama huruf (menguasai huruf) anak menerapkan prinsip fonetik. Anak tersebut telah menggunakan huruf-huruf untuk mewakili bunyi-bunyi yang membentuk suatu kata.

Dalam tahap transisi, penguasaan anak terhadap sistem tatatulis semakin lengkap. Meskipun belum konsisten, dia sudah dapat menggunakan ejaan tata dan tanda baca dalam menulis, khususnya pemberian spasi dan antarkata. Bimbingan untuk anak yang berada pada tahap transisi difokuskan pada penyusunan pola dan sisitem tatatulis.


 

BAB III

PENUTUP

 

3.1  Kesimpuan

Kemampuan menulis tidak dapat diperoleh secara alamiah, tetapi melalui proses belajar mengajar. Karena menulis merupakan kegiatan yang sifatnya berkelanjutan, maka dalam pembelajaran perlu dilakukan secara berkesinambungan sejak Sekolah Dasar. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa menulis merupakan kemampuan dasar sebagai bekal belajar menulis di jenjang berikutnya. Oleh karena itu, pembelajaran menulis di Sekolah Dasar perlu mendapat perhatian yang optimal. Sehingga para siswa diharapkan mampu mengenal huruf dan menuliskannya, serta mampu menuangkan ide, pikiran, perasaan, dan gagasan dalam berbagai bentuk tulisan.

3.2  Saran

Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan, baik dari segi tulisan, pembahasan dan lain sebagainya. Maka kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya mendukung, penulis sangat mengharapkannya. Karena hal ini akan bermanfaat bagi kesempurnaan penulisan tugas penulisan makalah selanjutnya.


 

DAFTAR PUSTAKA

 

Akhadiah, Sabarti., dkk. 2008. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Akhadiah, Sabarti. 2009. Menulis. Jakarta: Depdikbud.

Dalman. 2008. Keterampilan Menulis. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Hadiyanto. 2001. Membudayakan Kebiasaan Menulis. Jakarta: Fikahati Aneska.

Suparno. 2005. Konsep Keterampilan Menulis. Yogyakarta: Kanisius.

arigan, Henry Guntur. 1982. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.


Untuk info menarik lainnya kunjungi website kami unimuda

Tidak ada komentar:

Facebook Error, Mark Zuckerberg Alami Kerugian Hingga Rp99 T

  Facebook, Instagram, dan WhatsApp berangsur pulih setelah sempat down hampir enam jam pada Senin (4/10) malam. Saham Facebook yang diperda...